KH. Muhammad Imam Syairozi |
Saat ceramah dalam acara Diba’ Kubro Kecamatan Jogoroto yang
digelar di TPQ Al Muhajirin Dusun Sumbersari Desa Sukosari Kecamatan Jogoroto, Jombang, Sabtu (23/7/2016), KH. Muhammad Imam Syairozi (Pengasuh PP. Roudlotul Muta'allimin Moropelang - Babat - Lamongan) memberikan tausiyah tentang tiga orang yang kecelik (tertipu).
Pertama, orang ingin mulia dengan memamerkan kebajikan.
"Orang yang ingin mulia dengan menampakkan kebaikan pribadinya itu kecelik. Sebab kebajikan itu jika dipertontonkan tidak akan menjadikan baik, justru malah mendatangkan keburukan (sifat 'ujub)." tuturnya. Sebaliknya, kebajikan kalau ditutupi, akan semakin kelihatan baik.
Kiai Syairozi memberikan contoh, "Sampeyan kenalan dengan seseorang dan menanyakan siapa namanya. Kemudian dia menjawab, nama saya Al-Mukarrom Kiai Haji Soleh. Kan jadi lucu. Kenapa tidak ditambahi “almarhum” sekalian?" tawa jamaah pun pecah.
Pelok, biji buah mangga, kata KH Ahmad Syairozi, jika ditanam dalam-dalam di tanah, justru akan menumbuhkan pohon dan buah. "Coba pelok iku ditaruh di atas meja, tentu malah garing, tidak memberikan manfaat apa-apa." tambahnya.
"Ada maqolah, kun ardlun fi qodaminnas. Jadilah kamu bumi bagi kaki-kaki manusia," tuturnya. "Bumi itu berada di bawah, diinjak-injak, juga diludahi. Tapi harganya semakin lama semakin mahal. Padahal bumine ora
lapo-lapo," ucapnya kembali disambut tawa jamaah.
Makanya jika berbuat baik, sebaiknya disembunyikan atau ditutupi. "Attawadlu’u la tazidu illa rif’ah. Orang yang tawadlu’ (rendah hati) akan semakin mulia," ucapnya. "Orang yang suka gembar-gembor (blow up) perbuatan baiknya biasanya tidak tahu cara berbuat baik, atau tidak biasa berbuat baik," jelasnya.
Kedua, orang yang ingin kaya dengan enggan bersedekah. "Dikiranya harta akan melimpah jika disimpan, ditimbun terus. Itu kecelik. Harta melimpah itu justru jika disedekahkan. Assodaqotu la tazidu illa kasron," tuturnya. Setiap malam, malaikat turun mendoakan orang-orang yang sedekah. “Ya Allah, gantilah yang lebih banyak kepada orang-orang yang sedekah.” Begitu do’a para malaikat.
"Saya kemarin di Kediri ketemu MI (Madrasah Ibtidaiyah) yang setiap tahun gurunya diberi motor. Saya tanya, kok iso ngunu (bisa begitu)?" kata KH Ahmad Syairozi. Salah satu pengurus cerita, awalnya dia hanya beri satu motor. Lha kok rezekinya malah tambah banyak. Akhirnya motor yang diberikan kepada guru terus bertambah. "Kemarin yang dibagikan sudah 11 motor," bebernya.
Uang, kata Kiai Syairozi, sejatinya adalah pembantu. "Kalau disedekahkan, uang itu hidup. Bekerja mencari pahala bagi yang menyedekahkannya," jelasnya. Misalnya uang itu dipakai untuk membayar guru ngaji. Maka
orang yang sedekah dapat pahala mengajar ngaji setara dengan guru yang susah payah ngajar ngaji. "Sebaliknya, kalau hanya disimpan, uang itu tidur. Sampean lebih suka mana, punya pembantu doyan tidur atau pembantu yang rajin bekerja?" ucap Kiai Syairozi.
Kiai Syairozi melontarkan sarkasme (sindiran) bahwa orang yang medhit
(pelit), sebenarnya loman (royal). Sebab harta yang disimpannya semasa hidup, ketika meninggal, seluruhnya akan dinikmati pewarisnya. Sebaliknya, orang yang suka sedekah, sebenarnya pelit. Karena semua yang disedekahkan, kelak akan ia nikmati sendiri di akhirat.
Ketiga, orang mengira bahwa jagoan adalah orang yang bisa mengalahkan semua musuh. Itu kecelik. “Sebab musuh yang dikalahkan, punya saudara, punya teman, punya keluarga. Meskipun waktu itu kalah, temannya, saudaranya, keluarganya pasti balas dendam. Akibatnya, justru musuhnya tambah semakin banyak," tuturnya.
Menang yang sejati, kata Kiai Syairozi, adalah dengan memaafkan. "Al afwu la tazidu illa izzan. Memaafkan akan menambah kemenangan. Musuh yang dimaafkan bisa jadi saudara, tapi saudara yang tidak dimaafkan malah akan menjadi musuh," tegasnya.
Misalnya berselisih paham dengan tetangga kanan rumah. Tidak mau memaafkan. Maka ketika akan lewat depan rumahnya pasti segan. Bertengkar dengan tetangga kiri rumah. Tidak mau memaafkan. Lewat di depannya saja pasti juga segan. "Akhirnya lewat kiri buntu, kanan juga buntu. Padahal sebenarnya tidak buntu. Yang membuat buntu hatinya sendiri," jelasnya.
Kalau punya musuh, mau ngapain juga pasti susah. "Mau masuk musholla kok di dalamnya ada musuhnya, pasti tidak mau masuk. Ora dikipatno wis ngipat-ngipat dewe," ucapnya disambut ger-geran jamaah. "Mau naik angkot, eh kok di dalam angkot ada musuhnya. Pasti tidak jadi naik. Makanya yang paling baik adalah memaafkan. Jagoan sejati iku nyepuroan (suka memaafkan)." tandas KH. Ahmad Syairozi.
Selanjutnya KH. Muhammad Imam Syairozi berpesan, agar tidak ada permusuhan antar anak, orang tua diminta tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap mereka. Ini anak emas, dan ini bukan anak emas. Membanding-bandingkan kelebihan anak yang satu di hadapan anak yang lain hanya melahirkan kecemburuan. Dan jika kecemburuan sudah memuncak, maka dikhawatirkan akan ada diantara mereka yang memutuskan tali persaudaraan. Sebab kalau sudah tali silaturahmi (persaudaraan) putus, maka tali hubungan dengan Allah juga putus. "Kajio bendino (meski pergi haji setiap hari) kalau hubungan dengan sanak keluarga tidak baik, percuma!" tegasnya.
No comments:
Post a Comment