Sebagaimana sudah dijadwalkan, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Gresik yang baru, Bapak Drs. H. Abd. Wahib, M.Pd.I, tiba di MIN Kedamean pada pukul 13.00 WIB. Usai beramah-tamah sebentar di ruang Kepala MIN Kedamean, beliau pun segera memasuki ruangan yang sudah disiapkan sebagai tempat dilangsungkannya acara "Pembinaan Guru dan Pegawai MIN Kedamean Oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Gresik".
Acara dibuka dengan pembacaan surat Al-Fatihah yang dipandu oleh Master of Ceremony (MC) andalan MIN Kedamean, Ibu Roihatul Jannah, S.Pd. Setelah pembukaan, acara yang ke dua adalah pembacaan ayat suci Al-Qur'an yang dilantunkan dengan merdu oleh bapak Septo Adi Prasetio, S.Pd.I. Acara kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, disusul dengan lagu Hymne Madrasah dan Mars Madrasah oleh seluruh peserta yang dipimpin oleh Ibu Hj. Siti Hartiyah, S.Pd.I.
Selanjutnya giliran Kepala MIN Kedamean, Mubin, M.Pd.I, memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Kepala MIN Kedamean memaparkan profil MIN Kedamean, mulai sejarah hingga kondisi madrasah terkini.
Tiba waktunya pada acara utama, yaitu Ta'aruf dan Pembinaan Oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Gresik. Drs. H. Abd. Wahib, M.Pd.I adalah Kepala Kemenag Kab. Gresik yang baru menjabat mulai tanggal 07 Desember 2016 menggantikan Dr. H. Haris Hasanudin, M.Ag yang pindah tugas sebagai Kepala Kemenag Kota Surabaya.
Dalam paparan yang disampaikan dengan santai dan diselingi joke-joke yang membuat suasana menjadi gayeng, mantan Kepala Kemenag Kab. Tuban ini berkisah tentang riwayat pendidikan dan karir beliau hingga akhirnya ditugaskan sebagai Kepala Kemenag Kab. Gresik.
Drs. H. Abd. Wahib, M.Pd.I mengajak seluruh elemen madrasah untuk mewujudkan motto "Madrasah Lebih Baik, Lebih Baik Madrasah" dengan jalan mengukir prestasi dalam Akhlakul Karimah, Sains, Olahraga, dan Seni. Dengan berprestasi, maka keunggulan madrasah atas institusi pendidikan lainnya akan mengemuka. Efeknya, wali murid akan dengan senang hati memercayakan pendidikan anaknya kepada madrasah. Untuk itu seluruh elemen madrasah harus selalu rukun dan kompak.
Pada kesempatan kali ini Kepala Kemenag Gresik juga menyentil efektifitas penggunaan dana tunjangan yang diterima oleh guru. Selain digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan guru, dana tersebut harusnya juga dimanfaatkan untuk menunjang kinerja dan meningkatkan kapabilitas/kemampuan guru, misalnya untuk membeli laptop dan buku.
Guru harus memiliki laptop atau komputer karena di era digital sekarang ini semua hal yang berbau administratif, yang terkait dengan kinerja tenaga pendidik, dikerjakan menggunakan teknologi komputer. Sebut saja mulai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus, Prota dan Promes, hingga penilaian atau raport, semua dikerjakan dengan menggunakan komputer.
Dari tunjangan guru yang diterima harusnya ada alokasi khusus untuk membeli buku. Guru harus terus belajar, salah satu caranya dengan gemar membaca, untuk menambah wawasan. Jangan mentang-mentang sudah menjadi guru kemudian malas belajar dan membaca, karena ilmu pengetahuan itu terus berkembang. Drs. H. Abd. Wahib, M.Pd.I memberi contoh dengan menyampaikan bahwa menjelang masa pensiun (4 tahun lagi), beliau masih "menyempatkan diri" untuk mengambil studi S3 (program doktoral) semata-mata dengan niat thalabul 'ilmi.
Selain membaca buku sendiri, Kepala Kemenag Kab. Gresik juga berharap seluruh guru madrasah untuk aktif dalam forum Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Melalui forum seperti ini para guru dapat berdiskusi dan bertukar-pikiran tentang materi dan metode pengajaran.
Perlu diketahui bahwa menurut rilis penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA), pada tahun 2015 minat baca pelajar Indonesia menempati peringkat 63 dari 70 negara. Jauh di bawah Singapura yang menempati peringkat pertama. Bahkan menurut data tersebut, minat baca pelajar Indonesia adalah yang terendah se-Asia Tenggara.
Central Connecticut State University (CCSU) melakukan sebuah riset yang menekankan pada hasil ujian literasi dan studi deskriptif dengan menguji sejumlah aspek antara lain koran, perpustakaan, input sistem pendidikan, output sistem pendidikan, dan ketersediaan komputer di sebuah negara. Hasilnya, sebagaimana dirilis dalam Daftar Negara Paling Terpelajar (World's Most Literate Nations), dari 61 negara yang diteliti Indonesia menempati peringkat ke 60. Hanya satu tingkat di atas sebuah negara di selatan benua Afrika: Botswana. Riset ini dibahas secara mendalam dalam buku World Literacy: How Countries Rank and Why It Matters yang ditulis oleh John W. Miller and Michael C. McKenna (2016).
Di sinilah peran guru untuk mendorong tingkat literasi siswanya mutlak dilakukan. Dan diantara cara yang dapat ditempuh adalah dengan memberikan teladan kepada siswa untuk gemar membaca. Artinya, para guru sendiri harus rajin membaca buku.
Guru harus memiliki laptop atau komputer karena di era digital sekarang ini semua hal yang berbau administratif, yang terkait dengan kinerja tenaga pendidik, dikerjakan menggunakan teknologi komputer. Sebut saja mulai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus, Prota dan Promes, hingga penilaian atau raport, semua dikerjakan dengan menggunakan komputer.
Dari tunjangan guru yang diterima harusnya ada alokasi khusus untuk membeli buku. Guru harus terus belajar, salah satu caranya dengan gemar membaca, untuk menambah wawasan. Jangan mentang-mentang sudah menjadi guru kemudian malas belajar dan membaca, karena ilmu pengetahuan itu terus berkembang. Drs. H. Abd. Wahib, M.Pd.I memberi contoh dengan menyampaikan bahwa menjelang masa pensiun (4 tahun lagi), beliau masih "menyempatkan diri" untuk mengambil studi S3 (program doktoral) semata-mata dengan niat thalabul 'ilmi.
Selain membaca buku sendiri, Kepala Kemenag Kab. Gresik juga berharap seluruh guru madrasah untuk aktif dalam forum Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Melalui forum seperti ini para guru dapat berdiskusi dan bertukar-pikiran tentang materi dan metode pengajaran.
Perlu diketahui bahwa menurut rilis penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA), pada tahun 2015 minat baca pelajar Indonesia menempati peringkat 63 dari 70 negara. Jauh di bawah Singapura yang menempati peringkat pertama. Bahkan menurut data tersebut, minat baca pelajar Indonesia adalah yang terendah se-Asia Tenggara.
Central Connecticut State University (CCSU) melakukan sebuah riset yang menekankan pada hasil ujian literasi dan studi deskriptif dengan menguji sejumlah aspek antara lain koran, perpustakaan, input sistem pendidikan, output sistem pendidikan, dan ketersediaan komputer di sebuah negara. Hasilnya, sebagaimana dirilis dalam Daftar Negara Paling Terpelajar (World's Most Literate Nations), dari 61 negara yang diteliti Indonesia menempati peringkat ke 60. Hanya satu tingkat di atas sebuah negara di selatan benua Afrika: Botswana. Riset ini dibahas secara mendalam dalam buku World Literacy: How Countries Rank and Why It Matters yang ditulis oleh John W. Miller and Michael C. McKenna (2016).
Di sinilah peran guru untuk mendorong tingkat literasi siswanya mutlak dilakukan. Dan diantara cara yang dapat ditempuh adalah dengan memberikan teladan kepada siswa untuk gemar membaca. Artinya, para guru sendiri harus rajin membaca buku.
Menjelang adzan Ashr dikumandangkan, Drs. H. Abd. Wahib, M.Pd.I mengakhiri paparannya dalam ta'aruf dan pembinaan kepada guru dan pegawai MIN Kedamean. Acara pun kemudian ditutup dengan pembacaan do'a oleh Bapak Moch. Agam, S.Pd.I.
No comments:
Post a Comment